Hubungan Selaput Dara dan Keperawanan, Tidak Selalu Selaras

Hubungan Selaput Dara dan Keperawanan Wanita
Dalam masyarakat, kerap kali kerusakan selaput dara dikaitkan dengan keperawanan wanita. Namun, benarkah anggapan tersebut? Apakah selaput dara yang rusak selalu mengindikasikan hilangnya keperawanan? Ataukah ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan?
Mengenal Selaput Dara
Selaput dara merupakan lapisan tipis jaringan yang terletak di bawah vagina. Lapisan ini berbentuk seperti cincin atau bulan sabit. Seiring waktu, selaput dara akan menebal dan menjadi elastis. Pada masa kanak-kanak atau remaja, selaput dara yang robek masih bisa sembuh dan kembali utuh.
Letak selaput dara yang tersembunyi di dalam vagina membuat tidak semua wanita menyadari kondisi selaput daranya. Namun, jika penasaran, selaput dara dapat diamati melalui cermin dengan melebarkan bagian labia pada vagina.
Kerusakan Selaput Dara
Selaput dara memang bisa rusak saat berhubungan seks pertama kali. Akan tetapi, tidak semua hubungan seks pasti mengakibatkan kerusakan selaput dara. Misalnya, penetrasi yang tidak terlalu dalam tidak menyebabkan selaput dara robek dan perdarahan saat berhubungan badan.
Selain itu, selaput dara juga bisa sobek karena berbagai faktor lain. Misalnya, aktivitas fisik berat seperti tenis atau berkuda, hingga prosedur medis tertentu. Bahkan, penggunaan alat bantu seksual untuk masturbasi juga dapat menyebabkan robeknya selaput dara tanpa disadari.
Kesimpulan
Jadi, kondisi selaput dara, baik utuh atau tidak, tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur keperawanan seorang wanita. Selain itu, karena selaput dara bisa rusak karena berbagai hal, kita juga tidak bisa berasumsi bahwa wanita yang mengalami robek hymen pasti sudah melakukan hubungan seks.