Banten Penyeneng: Antena Penghubung Manusia dan Sang Pencipta dalam Ritual Hindu Bali
Banten Penyeneng: Antena Penghubung Manusia dan Sang Pencipta
Dalam upacara adat dan keagamaan Hindu di Bali, Banten Penyeneng memegang peran penting sebagai simbol antena penghubung antara umat dan Sang Hyang Widhi. Banten ini merupakan bukti kecanggihan leluhur nusantara dalam membuat penuntun kesadaran yang berbeda dari antena modern.
Banten Penyeneng, juga dikenal sebagai Tehenan atau Pabuat, memiliki tiga ruang yang masing-masing diisi dengan bahan-bahan tertentu, seperti beras, pis bolong, benang, nasi aon, dan porosan. Porosan berfungsi sebagai alat nuntun dan menurunkan prabhawa Hyang Widhi.
Mantra khusus dibacakan saat prosesi upacara, menyebut nama Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Iswara. Selain sebagai antena penghubung, Penyeneng juga melambangkan konsep hidup yang berkesinambungan, produktif, dan dinamis.
Konsep Hidup Berkesinambungan
Konsep hidup berkesinambungan dalam Penyeneng diwujudkan dalam tiga bentuk:
- Menyelaraskan tujuan hidup dengan kebutuhan jasmani dan rohani.
- Terus mengejar kemajuan dan produktif dengan selalu berkarya.
- Memelihara yang pantas dipelihara dan meniadakan yang pantas ditiadakan.
Untuk membangun konsep hidup ini, manusia harus memiliki pandangan yang benar, yang dilandasi kesucian batin. Kesucian batin muncul ketika sifat-sifat negatif lenyap, dan benih kesucian dapat disemaikan.
Unsur-unsur Simbolik dalam Banten Penyeneng
Tepung tawar, unsur Banten Penyeneng yang terbuat dari tepung beras, daun dadap, dan kunir, melambangkan keseimbangan hidup yang memperhatikan hukum Rwa Bhineda. Bijak dalam Banten ini mewakili bibit kreativitas.
Tetandingan dalam Penyeneng terdiri dari tiga takih yang dijahit menjadi satu. Tangkih pertama berisi porosan, bunga cempaka, bunga kamboja, dan cendana. Tangkih kedua berisi beras, sedangkan tangkih ketiga berisi tepung tawar.
Makna Universal Banten Penyeneng
Meski Banten Penyeneng bersifat lokal di Bali, makna yang terkandung di dalamnya sangat universal. Antena penghubung, konsep hidup berkesinambungan, dan unsur-unsur simbolik dalam Banten ini memberikan pelajaran berharga tentang keseimbangan, kemajuan, dan pentingnya kesucian batin dalam menjalani kehidupan.