Makna Banten Otonan dalam Tradisi Hindu Bali
Makna Banten Otonan dalam Tradisi Hindu Bali
Dalam ajaran agama Hindu, Banten Otonan merupakan upacara penting yang memiliki makna mendalam. Istilah "otonan" berasal dari kata "pawetun" yang berarti peringatan hari lahir. Berbeda dengan ulang tahun, otonan dirayakan berdasarkan sistem penanggalan Wuku, Panca Wara, dan Sapta Wara, yaitu setiap 210 hari atau 6 bulan sekali.
Tujuan dan Makna Otonan
Otonan bukan sekadar perayaan ulang tahun, melainkan upacara yang sarat nilai spiritual. Tujuan utama otonan adalah untuk memanjatkan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelahiran seseorang. Selain itu, otonan juga menjadi pengingat bagi umat Hindu Bali untuk menjalani hidup dengan penuh kesucian dan kebijaksanaan.
Secara lebih mendalam, otonan memiliki beberapa makna spiritual, antara lain:
- Pengingat bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
- Permohonan keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.
- Transformasi perilaku buruk menjadi perilaku yang baik, santun, dan bijaksana.
- Realisasi diri dan pencapaian tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Sarana Otonan
Dalam pelaksanaan otonan, terdapat beberapa sarana atau sesajen yang wajib disediakan. Masing-masing sarana memiliki makna tersendiri, yaitu:
- Banten Pejati: Dipersembahkan untuk Bhatara Guru sebagai tanda penghormatan.
- Daperan: Simbol rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan.
- Sesayut Pawetun: Dipersembahkan kepada Sang Manumadi sebagai permohonan perlindungan.
- Segehan: Sesajen untuk Bhuta dan dapat diisi dengan kue tart sebagai simbol kebahagiaan.
- Canang Sari dan Dupa: Sebagai sarana pemujaan dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penentuan Hari Otonan
Penentuan hari otonan tidak boleh dilakukan sembarangan. Menurut lontar-lontar agama Hindu Bali, menetapkan hari otonan yang keliru dapat berdampak negatif pada anak yang bersangkutan.
Untuk bayi, otonan pertama kali dilakukan pada usia 105 hari, karena organ tubuh dan panca indranya telah berkembang dengan baik. Jika upacara otonan atau upacara tiga bulanan belum dilakukan, anak tersebut dianggap belum suci atau masih Cuntaka.
Demikianlah penjelasan mengenai makna Banten Otonan dalam tradisi Hindu Bali. Upacara ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan sangat penting bagi umat Hindu Bali. Melalui otonan, umat Hindu Bali diingatkan akan asal-usulnya, tujuan hidupnya, serta pentingnya menjalani hidup dengan penuh kesucian dan kebijaksanaan.