Notifikasi

Memuat…

Segara: Simbol Ketujuh Sungai Sapta Gangga

 Segara: Simbol Ketujuh Sungai Sapta Gangga

Segara: Perwujudan Aliran Sungai Suci

Dalam bahasa Sansekerta, segara berarti lautan, yang dipandang sebagai perwujudan dari aliran sungai suci Sapta Gangga. Sungai-sungai ini mengalir ke seluruh dunia, membawa kebaikan dan kesucian.

Secara filosofis, garam atau uyah dianggap sebagai saripati lautan. Dewa yang berkuasa atas lautan adalah Sang Hyang Baruna. Dalam konsep Nyegara Gunung, segara merepresentasikan sumber kehidupan, sementara kelestarian lautan dan pantai merupakan kewajiban mulia.

Lautan dalam Tradisi Bali

Di Bali, lautan juga dikenal dengan istilah "Pasih". Seperti yang dikatakan oleh rerama, "Bantes ajaka ked di pasih den kal kanggoang?" (Apakah sesajen dapat diletakkan di laut dengan memakai keranjang?).

Lautan menjadi tempat berbagai aktivitas dan perbincangan, namun tetap menjaga keheningan dan ketenangan.

Pelajaran dari Lautan

Dalam sebuah cerita, seorang anak kehilangan sepatunya di laut dan menulis di tepi pantai, "LAUT INI MALING."

Tak lama kemudian, seorang nelayan datang membawa hasil tangkapan yang melimpah dan menulis di pantai, "LAUT INI BAIK HATI."

Namun, ketika seorang anak tenggelam di lautan, ibunya menulis, "LAUT INI PEMBUNUH."

Saat seorang pelaut terhantam badai, ia menulis, "LAUT INI PENUH MARABAHAYA."

Namun, tak lama kemudian, seorang lelaki menemukan sebongkah mutiara di lautan dan menulis, "LAUT INI PENUH BERKAH."

Setiap orang memiliki persepsi dan pengalaman yang berbeda terhadap lautan. Baik dan buruk selalu ada, tetapi lautan tetap diam dan tidak pernah mengeluh.

Jangan Terpengaruh Omongan Orang

Dari cerita tersebut, kita belajar untuk tidak terpengaruh oleh omongan orang lain. Sebab, setiap orang memiliki pemahaman dan pengalaman yang berbeda.

Teruslah melangkah di jalan yang baik, meskipun kebaikan tidak selalu dihargai. Jangan buang waktu untuk menjelaskan diri kepada siapa pun. Yang menyukai kita tidak butuh penjelasan, dan yang membenci kita tidak akan percaya.

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tetapi tentang siapa yang mau berbuat baik. Jangan merusak persaudaraan karena kesalahan, dan balaslah kebencian dengan kebaikan.

Kurangi Mengeluh, Berdoalah

Kurangi mengeluh dan amarah, dan perbanyak doa dan ikhtiar. Sibukkan diri dalam kebaikan agar keburukan lelah mengikuti kita.

Tugas kita adalah berbuat baik dan benar, bukan menghakimi. Memaafkan adalah ketulusan tanpa syarat, menghargai adalah ketulusan tanpa tapi, dan mengasihi adalah memberi tanpa pamrih.

Semoga renungan ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga
Posting Komentar